Pengamat terorisme Mardigu Wowiek Prasantyo berpendapat, maraknya aksi terorisme di Tanah Air karena lemahnya Undang-undang (UU) Inteligence. Dia menyebut, lemahnya pengamanan yang dilakukan militer sudah terjadi sejak 1999. Karena itu ancaman teroris semakin bertambah.
“Seharusnya operasi intelijen yang tidak berjalan baik sejak 17 tahun lalu harus dikuatkan lagi. Apalagi dua tahun terakhir, dari 10 angkatan terhitung 100 orang terdata oleh penangkapan Densus," katanya kepada HARIAN NASIONAL, kamis (3/3).
Menurut dia, jika pengamanan dari militer ditingkatkan, hal tersebut tidak akan terjadi. Dia menduga, 80 persen dana pelancaran terorisme di Tanah Air, didanai oleh Suriyah dalam aksi Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Berdasarkan data yang dihimpun sejak Desember 2015, kata dia, terindikasi dana sebesar Rp 3 miliar dari luar negeri diberikan untuk aksi terorisme di Tanah Air. Dia menyebut, pendanaan senjata jaringan teroris kelompok Santoso yang ditangkap di Malang, dan Kroya Jawa Tengah pada Februari 2016, diduga pemberian dari Filipina dan Suriyah.
“Jika UU yang berisi Operation Inteligence oleh militer dihidupkan kembali, para teroris itu bisa mati,” ujar Mardigu.
“Seharusnya operasi intelijen yang tidak berjalan baik sejak 17 tahun lalu harus dikuatkan lagi. Apalagi dua tahun terakhir, dari 10 angkatan terhitung 100 orang terdata oleh penangkapan Densus," katanya kepada HARIAN NASIONAL, kamis (3/3).
Menurut dia, jika pengamanan dari militer ditingkatkan, hal tersebut tidak akan terjadi. Dia menduga, 80 persen dana pelancaran terorisme di Tanah Air, didanai oleh Suriyah dalam aksi Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Berdasarkan data yang dihimpun sejak Desember 2015, kata dia, terindikasi dana sebesar Rp 3 miliar dari luar negeri diberikan untuk aksi terorisme di Tanah Air. Dia menyebut, pendanaan senjata jaringan teroris kelompok Santoso yang ditangkap di Malang, dan Kroya Jawa Tengah pada Februari 2016, diduga pemberian dari Filipina dan Suriyah.
“Jika UU yang berisi Operation Inteligence oleh militer dihidupkan kembali, para teroris itu bisa mati,” ujar Mardigu.