JANGAN BUAT SAKIT ORANG BILA TIDAK INGIN DI SAKITI ORANG"

Empat Syahadat Nabi Palsu dari Jombang




Raden Aryo alias Jari (44 tahun), warga Dusun Gempol, Desa Karangpakis, Kecamatan Kabuh, Jombang, Jawa Timur, mengeluarkan pengakuan mengejutkan sebagai Nabi Isa Habibullah. Jari diduga sudah memiliki pengikut 20 hingga 100 orang.

Berdasarkan data yang diperoleh Seksi Pengawasan Kepercayaan dalam Masyarakat (Pakem) Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jatim, Jari dan pengikutnya memusatkan kegiatannya di pesantren yang didirikan di tempat dia tinggal, di Desa Karang Pakis, Kecamatan Kabuh, Jombang.

"Pesantren Pondok Pesantren Assirot, berada di desa tempat Jati tinggal," kata Kepala Seksi Penerangan Hukum Kejati Jatim, Romy Arizyanto, Sabtu, 20 Februari 2016.

Dia menjelaskan, pengikut Jari diperkirakan telah mencapai 100 orang. Selama ini, kegiatan keagamaan dilakukan Jari dan pengikutnya di pesantren yang dia bangun.
"Dalam sebulan dua kali pertemuan. Setiap tanggal 1 dan 15," ujar Romy.

Bekas Kasi Pidana Khusus Kejari Jambi itu mengaku belum menerima rinci kegiatan apa saja dilakukan Jari dan pengikutnya ketika pertemuan dilaksanakan.
"Ya, kegiatan keagamaan menurut keyakinan mereka. Semacam siraman rohani. Rinciannya saya belum terima laporan," ujar Romy.

Sebelumnya, Wakil Kepala Kepolisiam Resor Jombang, Komisaris Polisi M Nur Hidayat, mengatakan bahwa pengikut Jari sebenarnya 20 orang, bukan 100 orang seperti diklaim Jari. Itu pun mereka berasal dari luar Jombang.

Kepada pengikutnya, lanjut Hidayat, Jari memperkenalkan syahadat yang berbeda, yakni persaksian atau syahadat kepada empat hal. Yakni syahadat pada Islam, Adam dan Hawa, Hari Kiamat, dan kepada Nabi Isa Habibullah.
"Yang saya ingat bunyinya Wa Isa Habibullah," katanya.

Kepala Resor Jombang, Ajun Komisaris Besar Polisi Sudjarwoko, mengatakan kasus Jari si 'Nabi Palsu' kini sudah ditangani oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jombang dan pemerintah setempat.
 

Ini Peran Ketua FPI Luwu Saat Ditangkap Densus 88

CH (32), Ketua Front Pembela Islam di Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan diringkus tim Detasemen Khusus 88 Antiteror bersama seroang terduga teroris kelompok Mujahidin Indonesia Timur YJ alias AR (25), Senin, 25 Januari 2016.

Keduanya disergap di sebuah rumah di Jalan Gunung Latimojong Kelurahan Tampumia Radda Keluhan Belopa Luwu.

Dari pemeriksaan, YJ alias AR diduga terlibat dalam pembunuhan Brigadir Polisi Andi Sapa di Taman Jeka Poso pada tahun 2012. Sementara CH ditangkap karena diduga kuat menyembunyikan YJ alias AR.

"Keduanya ditangkap di Luwu, penangkapan dipimpin langsung oleh Kasat Reskrim Polres Luwu bersama empat orang anggota Detasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Sulawesi Selatan Barat Frans Burung Mangera, Senin 25 Januari 2016.

Sejauh ini, dari informasi terhimpun saat penangkapan ikut diamankan sejumlah barang bukti seperti sangkur, celurit, badik, seragam petugas keamanan dan selembar baju berwarna loreng.

Hingga kini keduanya pun masih menjalani pemeriksaan intensif di Mapolres Luwu. Dijadwalkan Selasa siang, 26 Januari 2016, keduanya akan dibawa ke Makassar untuk selanjutnya diterbangkan ke Jakarta.
 

Aplikasi Teknik Analisis Kontraterorisme Gerakan ISIS di Indonesia

Terorisme dapat didefinisikan sebagai sebuah aksi kekerasan terencana dengan motivasi politik. Kekerasan dalam terorisme bisa terjadi terhadap negara atau terhadap kelompok tertentu. Aksi terorisme bertujuan untuk intimidasi atau memaksakan kepentingan tertentu karena dianggap cara lain sudah tidak mungkin dilakukan.
Selain itu hal tersebut, teroris mempunyai keyakinan bahwa kekerasan adalah suatu cara yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang diperkuat dengan tafsir dogma secara parsial. Definisi tersebut linear dengan arti terorisme yang merujuk pada KBBI Pusat Bahasa edisi IV yaitu penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai tujuan (terutama tujuan politik).
Sebelum memahami potensi-potensi teror di Indonesia, maka perlu ada pembagian latar belakang terorisme yang terjadi di Indonesia. Pertama adalah terorisme yang dilatarbelakangi oleh motifasi politik. Gerakan seperatisme di berbagai daerah yang terjadi selama ini adalah salah satu terorisme politis. Mereka melakukan aksi teror dan perlawanan kepada pemerintah dengan tujuan memperoleh kemerdekaan dan lepas dari NKRI. Teror-teror politis dalam skala lebih kecil terjadi ketika Pemilu, kampanya secara tidak sehat sebenarnya adalah bagian dari terorisme politis.
Kedua adalah terorisme dengan latar belakang ideologis. Teror ini dilakukan secara terbatas oleh kaum dengan padangan ideologis tertentu. Cara-cara radikal mereka dengan bom bunuh diri yang menimbulkan korban baik jiwa maupun materi yang sangat besar adalah bentuk terorisme dengan tujuan untuk memaksakan ideologi yang mereka anut. Gerakan ISIS di Timur Tengah merupakan terorisme ideologis walaupun kemungkinan ada motif-motif turunan seperti ekonomi.
Indonesia memiliki potensi terorisme yang sangat besar dan perlu langkah antisipasi yang ekstra cermat. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang kadang tidak dipahami oleh orang tertentu cukup dijadikan alasan untuk melakukan teror. Berikut ini adalah potensi-potensi terorisme tersebut :
  • Terorisme yang dilakukan oleh negara lain di daerah perbatasan Indonesia. Beberapa kali negara lain melakukan pelanggaran masuk ke wilayah Indonesia dengan menggunakan alat-alat perang sebenarnya adalah bentuk terorisme. Lebih berbahaya lagi seandainya negara di tetangga sebelah melakukan terorisme dengan memanfaatkan warga Indonesia yang tinggal di perbatasan dan kurang diperhatikan oleh negera. Nasionalisme yang kurang dan tuntutan kebutuhan ekonomi bisa dengan mudah orang diatur untuk melakukan teror.
  • Terorisme yang dilakukan oleh warga negara yang tidak puas atas kebijakan negara. Misalnya bentuk-bentuk teror di Papua yang dilakukan oleh OPM. Tuntutan merdeka mereka ditarbelakangi keinginan untuk mengelola wilayah sendiri tanpa campur tangan pemerintah. Perhatian pemerintah yang dianggap kurang menjadi alasan bahwa kemerdekaan harus mereka capai demi kesejahteraan masyarakat. Terorisme jenis ini juga berbahaya, dan secara khusus teror dilakukan kepada aparat keamanan.
  • Terorisme yang dilakukan oleh organisasi dengan dogma dan ideologi tertentu. Pemikiran sempit dan pendek bahwa ideologi dan dogma yang berbeda perlu ditumpas menjadi latar belakang terorisme. Bom bunuh diri, atau aksi kekerasan yang terjadi di Jakarta sudah membuktikan bahwa ideologi dapat dipertentangkan secara brutal. Pelaku terorisme ini biasanya menjadikan orang asing dan pemeluk agama lain sebagai sasaran.
 
 
Copyright © 2011. KITA BUKAN SAYA - All Rights Reserved

Distributed By Free Blogger Templates | Lyrics | Songs.pk | Download Ringtones | HD Wallpapers For Mobile

Proudly powered by Blogger