Dunia sosial politik patut diakui
sebagai dunia yang penuh tipu daya. Terlepas apakah tujuan-tujuan politik
tersebut ideal, mulia, pragmatis, kepentingan, atau jahat sekalipun,
demikianlah adanya dunia sejak manusia berhubungan berkumpul bersosialisasi
berorganisasi dan bernegara. Tipu daya disini merupakan suatu siasat atau dalam
bahasa yang lebih positif disebut strategi. Untuk memahami suatu strategi, hal
yang paling penting untuk segera dilihat adalah tujuan akhirnya.
Apabila kita melihat ke Timur Tengah,
Asia Tengah, Asia Selatan, Afrika, dan Asia Tenggara dalam konteks terorisme
kita akan menemukan sejumlah gerakan atau organisasi yang memperoleh label
teroris. Kita akan menemukan puluhan organisasi yang sering disebut-sebut baik
oleh Media Massa maupun oleh Negara sebagai organisasi teroris. Dahulu Al Qaeda
(AQ) dianggap sebagai pusat dan menjadi inspirasi bagi sebagian besar kelompok
teroris internasional dan tercipta sejumlah kelompok afiliasi di berbagai
negara termasuk di Indonesia. Paska kematian pemimpin AQ, Osama bin Laden,
pengaruh AQ meredup dan tiba-tiba kelompok yang menamakan dirinya Islamic State
(IS) di wilayah Irak dan Suriah mengemuka dan menjadi inspirasi bagi berbagai
kelompok di dunia termasuk di Indonesia. Mengapa AQ dan IS begitu berpengaruh
kepada pergerakan di dunia Islam yang bersemangat dalam menegakkan negara
Islam? Selain pengaruh propaganda dan jaringan internasional, terjadi kesama
ide, ideologi, dan metode mencapai tujuan. Sebagaimana hukum alam, yang kuat
dapat mempengaruhi yang lemah. Dengan melihat kekuatan AQ dan IS,
kelompok-kelompok Islam garis keras yang lemah di berbagai negara seperti
mendapatkan energi baru dan panutan dalam berjuang.
Setelah memahami kuatnya daya tarik dan
pengaruh dari AQ dan IS, tentunya kita perlu memahami konteks mengapa kedua
organisasi tersebut dapat lahir dan tumbuh berkembang dalam skala melewati batas
negara. Dari sisi ideologi baik AQ maupun IS membawa nama Islam Sunni yang
dalam perjalanannya berupaya mempengaruhi dunia Islam Sunni agar mendukung atau
berbaiat kepada mereka. Untuk dapat mempengaruhi dunia Islam Sunni, kita dapat
memperhatikan bahwa apa-apa yang disampaikan oleh pimpinan AQ dan IS mencakup
isu-isu yang cukup luas dari ketidakadilan terhadap umat Islam, kewajiban
menegakkan agama Allah SWT, perjuangan jihad, amaliyah lainnya, hingga sikap
bermusuhan terhadap orang-orang kafir. Artinya bukan eksklusif tentang
bagaimana mati dalam perang suci, Syahid. Pesan yang disampaikan AQ dan IS
cukup komprehensif dan membawa nama dan simbol-simbol Islam.
Setelah memahami daya tarik AQ dan IS
tersebut, hal selanjutnya yang perlu kita perdalam adalah kepada konteks
perjuangan AQ dan IS, apakah sungguh-sungguh demi kemuliaan Islam dan
penegakkan Syariah Islam, ataukah kekuasaan politik yang dibatasi oleh wilayah
perjuangan.
Pertama mari kita perhatikan AQ.
Meskipun pengaruh AQ setidaknya terdeteksi di sekitar 16 negara di dunia, namun
pusatnya berada di Afghanistan-Pakistan yang para pengamat ahli menyebutnya
sebagai AQ Core atau AQ Central. Dari pusat AQ tersebutlah sejumlah fatwa dan
organisasi serangan teror dikabarkan bersumber, termasuk serangan bom Bali
2002. Konteks perjuangan AQ pada awalnya bukan perjuangan global membela dunia
Islam, melainkan berawal dari Sudan (1991-1998) pembentukan jaringan awal Timur
Tengah-Afrika Utara dengan target Anti Barat/Amerika. Pada tahun 2001, cikal
bakal AQ pimpinan Osama bin Laden bergeser ke Afghanistan dan bergabung dengan
perjuangan kelompok Taliban yang memberikan perlindungan. Taliban merupakan
kelompok gerakan politik yang besar di Afghanistan dan pernah berkuasa pada
tahun 1996-2001 di Afghanistan. Namun kemudian kalah karena serangan AS dan
Inggris dan kemudian berubah menjadi kelompok gerilya melawan pemerintah
Afghanistan bentukan AS dan Inggris. Konteks perjuangan AQ Core yang bersinergi
dengan Taliban dapat dikatakan berada dalam konteks perjuangan menegakkan
pemerintahan Taliban yang mengusung Syariat Islam yang sangat ketat. Namun
karena AQ Core sejak awal memiliki jaringan internasional, maka tekanan kepada
AS dan sekutunya dapat dilakukan di luar wilayah Afghanistan dalam bentuk
aksi-aksi serangan teror. Posisi AQ juga bergeser-geser di wilayah Afghanistan
dan Pakistan.
Sekarang kita perhatikan IS yang saat
ini disebut-sebut mampu menarik jihadis dari berbagai negara yang mencapai
jumlah lebih dari 20000 orang. Pada dasarnya IS merupakan kelanjutan dari AQ di
Irak yang banyak dimotori oleh mantan intelijen dan pasukan Irak pro Saddam
Hussein yang merupakan kelompok Sunni. Irak paska Saddam Hussein dimulai pada
tahun 2003 setelah AS dan sekutunya menggulingkan Pemerintahan Partai Ba'ath pimpinan
Saddam Hussein dengan serangan militer. Negara Irak saat ini adalah berdasarkan
konstitusi 2005 yang merupakan pengalihan kekuasaan dari pendudukan AS kepada
bangsa Irak. Terjadi perpecahan dalam masyarakat Irak dimana sekitar 1/5
penduduk Irak menolak konstitusi, dan diperkirakan khususnya di wilayah dimana
saat ini IS berkuasa mayoritas adalah masyarakat Islam Sunni yang menolak
konstitusi tersebut, sehingga dapat menjadi dukungan publik kepada IS. Tidaklah
mengherankan apabila IS dapat secara efektif berfungsi sebagai
"negara", karena selain strukturnya dipegang oleh mereka yang pernah
berpengalaman dalam ketatanegaraan, setidaknya ada dukungan dari sebagian
populasi di Irak. Perang saudara yang terjadi di Suriah yang memecah belah
bangsa Suriah ke dalam kelompok pro dan anti Pemerintah Rejim Assad juga
memperluas pengaruh IS karena adanya kesamaan kepentingan yang dipersatukan
dengan sikap anti Syiah. Konteks perjuangan IS adalah lokal, namun karena
kekuataan nyata berupa pasukan, penduduk, finansial, dan sumber daya lainnya
tampak menjanjikan sebagai model negara Islam. Hal inilah yang kemudian
diperbesar dalam propaganda internasional melalui berbagai media untuk menarik
perhatian umat Islam di seluruh dunia. Dengan menjanjikan sebuah kehidupan yang
murni Islami dibawah hukum Islam, umat Islam di berbagai negara yang kurang
paham tujuan dari IS merasa dan menganggap IS sebagai perwujudan tercapainya
perjuangan mendirikan negara Islam yang benar.
Setelah memahami AQ dan IS secara
singkat tersebut, perhatikan dimana letak permainan tipu daya politik yang
menyesatkan dan dimana hal itu bergulir di luar kontrol. Menguatnya jihad
bangsa Afghanistan pada era 1980-an lahir dari perlawanan melawan komunisme dan
pendudukan Uni Soviet, pada masa itu AS berada di belakang perjuangan bangsa
Afghanistan melawan Pendudukan Komunis Uni Soviet. Hal itu berbalik ketika AS
menyerang Afghanistan paska peristiwa 9/11 yang dituduhkan kepada AQ Core yang
berada di Afghanistan. Sebelumnya AS mendesak kepada Pemerintahan Taliban untuk
menyerahkan Osama bin Laden, namun ditolak dan akhirnya pada 7 Oktober 2001 AS
bersama Inggris menyerang Afghanistan menggulingkan Pemerintahan Taliban dan
membentuk Pemerintahan Boneka pimpinan Hamid Karzai. Belakangan sekutu (NATO)
juga mendukung pendudukan AS di Afghanistan. Alasan yang sering kita dengar
selain untuk menghancurkan AQ dan menggulingkan Taliban adalah apa yang disebut
sebagai the War on Terror.
Hal yang agak berbeda terjadi di Irak, dimana penggulingan Saddam Hussein
melalui perang dan upaya pembentukan pemerintahan demokratis Irak menjadi salah
satu penyebab lahirnya apa yang kita kenal sebagai IS saat ini. Hal itu
merupakan sebuah fenomena politik yang biasa dalam situasi konflik, paska
konflik, dan konflik berkelanjutan, dimana tidak tercapainya konsensus nasional
dalam referendum bangsa Irak menyebabkan perpecahan yang dalam kasus Irak
adalah perang saudara. Faksi-faksi politik yang terpolarisasi dalam suku/etnis
dan aliran khususnya Sunni-Syiah menyebabkan sulitnya tercapai kesepakatan
dalam pembentukan negara Irak yang demokratis. Bentuk Federalisme termasuk
penghargaan atas perbedaan etnis, penggunaan bahasa, dan keadilan sepintas
tampak ideal, namun perebutan kekuasaan politik adalah sama dimanapun, ketika
koridornya rusak atau tidak tersedia, maka pilihannya adalah dengan kekuatan
bersenjata. Pilihan kekuatan senjata juga ditempuh oleh Suku Kurdi dukungan AS
dan Faksi Syiah dukungan Iran. Hal itu, menyebabkan kegamangan negara-negara
Arab pada awal-awal menyikapi IS. Alasannya sederhana yakni IS dapat menjadi
penyangga atau pembatas meluasnya pengaruh Iran di Timur Tengah.
Situasi serupa dengan Irak terjadi di Libya dengan penggulingan rezim Muammar Gaddafi oleh AS dan sekutu yang belakangan juga meninggalkan Libya menjadi negara yang porak poranda dalam perang saudara konflik etnis dan konflik aliran Islam, termasuk dengan masuknya pengaruh faham Islamic State yang melihat Libya lokasi yang tepat untuk revolusi negara Islam.
Sementara itu situasi di Yaman dalam perang saudaranya juga tidak terlepas dengan intervensi kekuatan militer melalui operasi perang modern menggunakan drone oleh AS atas nama perang melawan teror. Fakta bahwa di Yaman terdapat kelompok Sunni dan Syiah yang pada masa lalu hidup damai berdampingan, sekarang kita melihat mereka berperang menumpahkan darah dan salah satu pusat persaingan geopolitik Arab Saudi dan Iran. Tentunya semua itu juga diwarnai intervensi AS dan sekutunya.
Pada level yang lebih kecil konflik-konflik yang diwarnai seruan jihad perang juga terjadi di Sinai-Mesir (Ansar Bait al-Maqdis), Pakistan, Dagestan, Tunisia, Afrika Barat (Nigeria, Chad, Niger), Asia Tenggara khususnya Filipina dan Indonesia.
Situasi serupa dengan Irak terjadi di Libya dengan penggulingan rezim Muammar Gaddafi oleh AS dan sekutu yang belakangan juga meninggalkan Libya menjadi negara yang porak poranda dalam perang saudara konflik etnis dan konflik aliran Islam, termasuk dengan masuknya pengaruh faham Islamic State yang melihat Libya lokasi yang tepat untuk revolusi negara Islam.
Sementara itu situasi di Yaman dalam perang saudaranya juga tidak terlepas dengan intervensi kekuatan militer melalui operasi perang modern menggunakan drone oleh AS atas nama perang melawan teror. Fakta bahwa di Yaman terdapat kelompok Sunni dan Syiah yang pada masa lalu hidup damai berdampingan, sekarang kita melihat mereka berperang menumpahkan darah dan salah satu pusat persaingan geopolitik Arab Saudi dan Iran. Tentunya semua itu juga diwarnai intervensi AS dan sekutunya.
Pada level yang lebih kecil konflik-konflik yang diwarnai seruan jihad perang juga terjadi di Sinai-Mesir (Ansar Bait al-Maqdis), Pakistan, Dagestan, Tunisia, Afrika Barat (Nigeria, Chad, Niger), Asia Tenggara khususnya Filipina dan Indonesia.
Persitiwa-peristiwa tersebut adalah
fakta-fakta sejarah yang terjadi sebagi akibat dari kalkulasi strategi dan
geopolitik kawasan dengan pemain-pemain besar sebagai berikut:
- Dalam konflik/perang Afghanistan: Barat (AS dan sekutu) vs Uni Soviet (Russia) dengan proxy Pemerintahan Komunis Partai Demokrasi Rakyat Afghanistan - Mujahidin - Taliban - Negara Islam Transisi Afghanistan - Republik Islam Afghanistan.
- Dalam konflik/perang Irak: Barat (AS dan sekutu) vs Pemerintah Irak Partai Ba'ath. Dalam proses pembentukan Negara Irak yang demokratis bentukan AS, berkembang perlawanan yang mewujud dalam lahirnya faksi-faksi bersenjata kelompok jihad seperti AQ di Irak, ISIS (Sunni) dan Mahdi Army dll (Syiah). Hal itu kemudian diperburuk oleh perang saudara di Suriah, maka elemen jihad Suriah yang juga diwarnai konflik sektarian Sunni-Syiah sehingga batasan wilayah IS menjadi mencakup sebagian wilayah Suriah yang tidak lagi efektif dikuasai rejim Assad. Pada bagian lain, wilayah-wilayah yang secara efektif dikuasai oleh kelompok etnis seperti Kurdi juga membentuk kekuatan tersendiri yang juga didukung oleh AS sebagai langkah awal menuju pembentukan Negara Kurdi. Karena wilayah konflik berbatasan dengan sejumlah negara besar di kawasan, khususnya Turki maka Turki juga memiliki kepentingan yang sangat besar dalam mempengaruhi perkembangan situasi dalam rangka melindungi kepentingan negara dan rakyat Turki. Sementara sikap Arab Saudi dan kebanyakan negara Islam di Timur Tengah tampak seperti ragu-ragu karena adanya "kesamaan" aliran Sunni, walaupun belakangan Arab Saudi menegaskan akan memerangi ISIS, masih belum tampak langkah nyata. Iran jelas berada di belakang sekitar 66% populasi Irak yang mendorong terciptanya penguasaan secara efektif Pemerintahan di Irak dibawah kendali kelompok Syiah yang jelas-jelas menjadi alasan penolakan demokrasi oleh sebagian kelompok Sunni di Irak.
Dari semua itu, mengapa masih ada Muslim
Indonesia yang rela ikhlas terbang ke wilayah ISIS untuk bergabung dan berjuang
bersama ISIS. Lebih aneh lagi mereka yang berbaiat kepada ISIS dan berbuat
kerusakan di Indonesia dengan aksi-aksi teror yang jelas tidak akan mungkin
dapat merubah Indonesia. Hal ini bukan saja sangat menarik untuk kita dalami
sebagai bahan kajian umat Islam dalam menyikapi perkembangan di dunia
Islam.
Mengapa Blog I-I begitu berani
mengatakan bahwa aksi-aksi teror mereka yang berafiliasi kepada AQ maupun IS
tidak akan dapat merubah Indonesia? Hal ini jelas terbaca dalam strategi AQ
maupun IS yang berupaya mendorong terjadinya konflik di berbagai belahan dunia
Islam dalam rangka meningkatkan posisi tawar-menawar atau setidaknya memecah
belah perhatian dunia. Namun yang kurang diperhatikan adalah respon dunia
justru bersatu melawan terorisme internasional. Kurang kuatnya konsep
perjuangan hampir pasti mematahkan setiap perjuangan dalam perwujudannya.
Perjuangan penegakan Negara Islam di Indonesia mencapai level tertinggi pada
era kejayaan Masyumi secara politik tahun 1945-1960, dan Darul Islam pada tahun
1949-1962. Kompromi Islam dan Demokrasi yang terbaik dicapai pada era reformasi
dengan fenomena PKS, PKB, PAN (1998-sekarang) dan PPP (1973-sekarang) dan
mungkin juga Partai Bulan Bintang masih patut disebut. Partai-partai Islam
tersebut adalah representasi umat Islam Indonesia yang terbesar, sementara yang
berada di luar Partai Politik masih ada sejumlah organisasi Islam yang menaungi
umat Islam dan menyalurkan aspirasi dan kepentingan umat Islam.
Kelompok-kelompok Islam Garis Keras
jelas minoritas yang berada dalam utopia Negara Islam yang bahkan bentuk dan
konstitusinya belum jelas. Barangkali Hizbut Tahrir pantas disebut sebagai
kelompok yang memiliki model negara yang paling jelas dalam upaya mendirikan
negara Islam, namun untuk bergerak di luar demokrasi dan berada dalam ruang
gerakan semata tidak akan berkembang lebih jauh lagi dan pada akhirnya juga
dapat menitipkan aspirasinya kepada Partai Politik Islam yang memiliki akses
langsung kepada kebijakan dan langkah-langkah Pemerintah dan Parlemen.
Tidak terasa malam sudah semakin larut, bersambung.....Insha Allah
Kamis, 17 Maret 2016
Mohon maaf bila latar belakang untuk memahami fenomea AQ, IS dan berbagai seruan berperang atas nama Islam dari kawasan konflik telah membuat bingung pembaca. Namun bersabarlah dan bacalah secara teliti dan hati-hati serta ikuti alur analisa berdasarkan pada fakta-fakta yang ada.
Untuk memahami konteks konflik yang diwarnai seruan/ajakan berjihad oleh AQ dan IS serta berbagai organisasi yang berafiliasi kita harus melihat akar konfliknya secara sungguh-sungguh. Berikut ini akar konfliknya:
AQ berdasarkan pada fakta sejarah pendiri dan tokoh utamanya dapat kita lihat bahwa inti perjuangannya adalah:
Kamis, 17 Maret 2016
Mohon maaf bila latar belakang untuk memahami fenomea AQ, IS dan berbagai seruan berperang atas nama Islam dari kawasan konflik telah membuat bingung pembaca. Namun bersabarlah dan bacalah secara teliti dan hati-hati serta ikuti alur analisa berdasarkan pada fakta-fakta yang ada.
Untuk memahami konteks konflik yang diwarnai seruan/ajakan berjihad oleh AQ dan IS serta berbagai organisasi yang berafiliasi kita harus melihat akar konfliknya secara sungguh-sungguh. Berikut ini akar konfliknya:
AQ berdasarkan pada fakta sejarah pendiri dan tokoh utamanya dapat kita lihat bahwa inti perjuangannya adalah:
- Anti Amerika Serikat dengan bukti sasaran serangan teror sejak awal berkumpulnya cikal bakal AQ di Sudan adalah untuk melawan hegemoni AS melalui serangan bersenjata atau bom.
- Fatwa-fatwa tentang jihad yang dikeluarkan oleh pimpinan AQ adalah melawan AS, khususnya dari Fatwa Osama bin Laden tahun 1996 yang bertajuk deklarasi perang melawan Penguasaan Dua Tanah Suci oleh AS. Bagi AQ, Kerajaan Arab Saudi pimpinan keluarga Bani Saud berada dibawah kendali AS.
- Kemudian Fatwa tahun 1998 yang bertema Jihad Front Dunia Islam melawan Yahudi dan Crusader (orang yang ikut dalam Perang Salib). Peradaban Yahudi-Kristen yang dimaksud disini tidak lain adalah AS.
- Setelah dua fatwa utama tersebut, barulah terdapat sejumlah seruan yang mengatasnamakan Islam baik yang menyerukan untuk bergabung dengan AQ maupun yang menyerukan untuk menyerang musuh (pemerintahan Thagut dibawah pengaruh AS) di wilayah masing-masing.
ISIS berdasarkan pada fakta sejarah pendiri dan tokoh utamanya dapat kita
lihat bahwa inti perjuangannya adalah:
- Mendirikan negara Islam di wilayah Irak dan Suriah, menguasai dan memperluas teritori dan melaksanakan fungsi sebagai negara. Meskipun secara de facto saat ISIS telah berdiri dan mampu bertahan sebagai sebuah entitas sebagaimana negara, namun eksistensinya di dunia dan dalam hubungan internasional dapat dikatakan tidak diterima.
- Kebijakan yang demonstratif dalam penegakan hukum Islam melalui pemenggalan kepala sebenarnya hal yang biasa sebagaimana hukuman serupa juga dilaksanakan di Arab Saudi. Namun ISIS melangkah lebih jauh dalam bentuk dokumentasi berupa film pendek tentang proses pemberian hukuman kepada mereka yang dianggap melanggar hukum Islam. Selain itu juga terjadi inovasi hukuman seperti pembakaran pilot pesawat tempur Yordania, hukuman dilempar dari gedung tinggi untuk pelaku homoseksual, dan lain sebagainya. Pesan utamanya adalah untuk memberikan rasa gentar kepada siapapun yang mencoba menginfiltrasi wilayah ISIS atau memusuhi ISIS. Dengan demikian inti dari kebijakan yang demonstratif tersebut adalah menyelamatkan rezim (regime survival) melalui penciptaan rasa takut kepada pihak-pihak yang anti ISIS. Fatwa-fatwa pengkafiran atau takfiri juga memiliki tujuan yang serupa dalam memberikan efek takut dengan konsekuensi hukuman yang berat.
- Karena eksistensi ISIS selalu berada dalam ancaman dari luar, maka strategi branding yang pernah dikembangkan oleh AQ juga dilakukan oleh ISIS dalam rangka memperluas pengaruh ISIS di dunia internasional. Sehingga tidaklah mengherankan apabila seruan-seruan yang pernah dikeluarkan oleh AQ juga dilakukan oleh ISIS, khususnya tentang jihad atau memerangi musuh yang dekat (di wilayah masing-masing).
- Sebagaimana AQ, ISIS juga menargetkan AS dan sekutunya seperti Inggris, Perancis dan negara-negara Eropa lainnya, sehingga dapat dikategorikan juga sebagai Anti Amerika Serikat. Dalam kaitan ini teori konspirasi yang menyatakan bahwa ISIS adalah buatan CIA dan Mossad adalah kebohongan untuk mengaburkan penilaian dunia internasional tentang kegagalan AS membawa proses transisi damai di Irak. ISIS adalah produk sampingan dari kegagalan exit strategy AS dari Irak.
Sekarang mari kita lihat bagaimana wajah
Islam dalam dinamika dunia:
- Potensi konflik di dalam tubuh dunia Islam sudah tertanam sejak lama, baik atas dasar aliran Sunni - Syiah maupun atas dasar nafsu perebutan kekuasaan politik. Dendam warisan antar kelompok dalam Islam tersebut diwarnai oleh pengaruh suku dan etnis yang bersaing dalam mencapai dominasi atas kelompok lain. Musuh bersama yang dinamakan Yahudi, Kristen dan Kaum Kafir sejak lama memainkan peranan penting dalam persatuan Islam, khususnya di Timur Tengah. Namun seiring perkembangan zaman, musuh bersama Islam tersebut menjadi terlalu kuat untuk dihadapi secara bersenjata, sehingga terjadilah kesepakatan dalam penguasaan wilayah di jazirah Arab, dimana keluarga-keluarga yang paling berpengaruh di tanah Arab kemudian menjadi penguasa-penguasa negara Arab modern atas bantuan peradaban Yahudi-Kristen Barat dengan menghilangkan kekuasaan Khalifah Utsmaniyah di tanah Arab. Khalifah Utsmaniyah pun berakhir pada tahun 1924.
- Model kepatuhan kepada pemimpin Islam yang dipraktekan dalam bentuk bai'at sebagaimana terjadi di AQ dan IS pada dasarnya mengikuti tradisi kepemimpinan di dunia Islam khususnya Timur Tengah yang hampir selalu diwarnai oleh persaingan antar kabilah/suku/etnis dan aliran. Sehingga tanpa adanya bai'at akan selalu khawatir terjadi pemberontakan atau perlawanan. Hal ini merujuk pada potensi konflik sebagaimana poin 1 dimana sangat sulit menciptakan perdamaian dalam semangat saling percaya antar kelompok di dunia Islam di Timur Tengah. Karena Timur Tengah adalah pusat Islam, maka pengaruh tersebut juga tersebar ke seluruh dunia termasuk yang kita rasakan di Indonesia.
- Barat, Yahudi, dan Kristen tidak terlalu khawatir dengan ancaman Islam secara politik karena peradaban dunia secara fisik saat ini berpusat di Barat dan mendominasi secara global termasuk di dunia Islam. Namun kemunduran spiritual Barat menjadi tidak terhindarkan karena perjalanan humanisme dan sains yang menyingkirkan agama (Yahudi/Kristen) dari pusat dinamika sosial telah membuat manusia lupa tentang hal yang ghaib (tidak saintifik). Kekosongan spiritual Barat kemudian diisi oleh spiritual kuno yang mewujud kembali dalam bentuk persekutuan persaudaraan rahasia yang melampaui spiritual Kristen dan Yahudi. Spiritual kuno warisan peradaban Mesir Kuno yang oleh banyak pihak dinamakan sebagai kelompok Mata Horus, Freemason, atau Illuminati bersaing dengan kelompok-kelompok spiritual lainnya termasuk yang belakangan seperti Scientology. Pada intinya persaudaraan rahasia modern tersebut adalah mengkombinasikan logika, kekuatan (ilmu pengetahuan, teknologi, uang, jaringan, politik, militer, dll) dengan visi-misi (khayalan, cita-cita, imajinasi, ghaib) dalam menciptakan masa depan dunia yang berada dalam genggaman kelompok tersebut. Berkat kelompok-kelompok persaudaraan rahasia tersebutlah Barat selamat dan dapat terus maju dalam perekonomian, kehidupan sosial - politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan lain-lain (duniawi), sementara agama Yahudi maupun Kristen masih berperan dalam memberikan arahan moral yang terkoreksi oleh humanisme.
- Apa yang sekarang terjadi dengan radikalisme dan terorisme dalam dunia Islam adalah keputusasaan dalam menghadapi dominasi peradaban Barat. Terjadi proses saling serang dan saling menyalahkan sesama penganut Islam dari aliran yang berbeda, lahir kesedihan, kekecewaan, kebencian, dan kemarahan ketika darah tumpah sehingga akal sudah tertutupi dan jalan yang terbuka seolah hanya kekerasan. Do'a-do'a menjadi hampa, Shalat menjadi otomatis kosong dalam ketidakmengertian mengapa dunia jauh dari nilai-nilai Islami. Akibatnya shalatnya mejadi tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Lemah secara fisik dan spiritual, itulah wajah Islam saat ini. Terjadi penyangkalan terhadap realita dunia yang berjalan secara tidak Islami, bahkan pelecehan demi pelecehan lama kelamaan tidak lagi terasa.
Skenario yang saya maksud adalah
skenario Iblis, Syaithan dan seluruh pengikutnya untuk menjerumuskan umat Islam
ke dalam ilusi perjuangan yang ujungnya tidak jelas. AQ dan ISIS tidak dapat
kita hakimi sebagai perwujudan kejahatan Iblis, melainkan merupakan sebuah
fakta dan fenomena sosial politik yang muncul dari wilayah konflik dan
kebencian kepada dominasi Barat di tanah Islam. Namun ketika anda berbaiat
kepada pimpinan Al Qaeda, anda akan merasa menjadi bagian dari perjuangan Islam
dalam versi Al Qaeda yang intinya adalah Anti Amerika Serikat. Ketika anda
berbaiat kepada ISIS, anda akan merasa menjadi bagian dari perjuangan
menegakkan Islam yang sesungguhnya bersifat lokal di Irak dan Suriah dalam
konteks konflik politik, etnis, dan aliran. Baik AQ maupun ISIS merupakan
cermin cita-cita yang tidak didukung oleh strategi yang matang dalam skala
global dan tujuannya juga tidak mewakili kepentingan umat Islam dunia. Bahkan
dampaknya justru semakin melemahkan dakwah Islam kepada umat manusia.
Semoga umat Islam Indonesia semakin
sadar, cerdas, dan berhati-hati dalam melangkah memperjuangkan agama Islam.
Posting Komentar